Nggak tau lagi udah berapa liter air mata yang udah tumpah buat
 nangisin kamu. Kalo dihitung mungkin udah delapan liter alias seember. 
Hm, nggak cuma hari ini sih aku nangis, dari awal kita kenalan 
sebenernya aku juga sering nangis. Nggak tau ya, mungkin karna kamu itu 
berarti. Ya, aku nggak bisa bohong emang kamu berarti. Kamu masuk ke 
dalam hatiku, menuliskan namamu. 
Satu hal lagi yang membuat kamu
 berarti. Kamu itu cowok pertama yang berani aku deketin. Cowok pertama 
yang berstatus pacar. Cowok pertama yang aku rasa udah jelas - jelas 
dari awal nggak bakal sayang sama aku, tapi aku tetep kekeh sama 
pendirian aku buat deketin kamu. Walaupun akhirnya menghasilkan seember 
air mata.
Hm, kalau di fikir - fikir emang nggak seratus persen 
kamu yang salah, toh aku percaya cinta itu karunia Tuhan. Mungkin Tuhan 
belum mengaruniakan hal indah itu pada kita berdua. Tapi kamu juga 
salah, bukankah dulu kamu yang minta aku buat buka hati aku buat kamu?? 
Tapi sekarang apa yang terjadi?? Tak menghasilkan apapun.
Sebenernya
 aku nggak yakin waktu kamu bilang itu. Bilang kalau kamu minta  aku 
buat buka hati aku buat  kamu. Tapi aku tetap mencoba percaya, hingga  
saat hatiku sudah terbuka lebar buat kamu. Kamupun bebas untuk masuk ke 
dalamnya.
Saat kamu benar - benar masuk ke hatiku. Aku ngrasa ada
 yang beda dari sikap kamu. Kamu mulai cuek, nggak perhatian lagi kayak 
dulu. Hm, tapi aku masih berfikiran positif. Berfikir "Mungkin kamu 
sibuk kerja."
Fikiran positif itu terus kujaga, begitu juga 
hatiku. Aku menjaganya untukmu, hanya untukmu. Hingga suatu saat aku 
merasa kamu sudah bosan, nggak lagi sms aku, bahkan bilang kalau kamu 
nggak suka smsan. Suka smsan kalau cuma lagi bete. Yah, aku terima itu 
semua, walau cuma jadi tempat pelarianmu. Pelarian dari keisenganmu, 
kebeteanmu. Tapi aku tetap menikmati itu semua, menikmati kecuekanmu, 
menikmati segala alasanmu dan tentunya menikmati butiran air mata yang 
memenuhi ember ini. Hingga suatu saat aku sadar semuanya harus diakhiri.
 
Siang itu, 30 menit itu yang menyadarkanku siapa kamu 
sebenarnya. Siang dimana aku berkenalan denganmu melalui  akun palsu 
bernama "Rinza". Dan saat itu aku tahu seperti apa kamu selama ini. Saat
 itu Rinza yang tidak lain dan tidak bukan adalah aku, bertanya padamu 
"Udah punya pacar belum?" Dengan santainya kamu menjawab "Belum, udah 
lama nggak pacaran." 
Jadi, apa arti aku selama ini?? Tidak ada artinya bukan, dan ini semua hanya menghasilkan air mata.

No comments:
Post a Comment